Bahagialah... Nikmati setiap peristiwa dalam hidupmu .....Hidup.... terlalu singkat untuk menyampah kebencian.... Tertawalah ketika kamu bisa.... Maafkanlah sebagaimana yang seharusnya kamu lakukan... Dan... Lepaskanlah apa yang tidak dapat kamu ubah.


Klandestin

Intelijen: Operasi Klandestin.

Dalam operasi intelijen, terdapat berbagai modus operasi. Misalnya mata-mata (spionase), mengumpulkan data (menggunakan informan), penyusupan (infiltrasi), desepsi (penyusupan yang disertai gerakan pembusukan), dll. Dan salah satu modus operasi intelijen yang sangat berbahaya adalah Klandestin (clandestine).

  Klandestin bisa dianggap sebagai operasi intelijen paling komplek dan rumit. Secara umum klandestin didefinisikan sebagai gerakan rahasia, gerakan bawah tanah (sembunyi-sembunyi), dan ada juga yang menyebutnya sebagai operasi penggalangan, mobilisasi. Klandestin berbeda dengan infiltrasi (penyusupan). Kalau dalam infiltrasi ada agen yang masuk ke suatu komunitas, lalu memata-matai dan melaporkan data. Kalau dalam klandestin tidak hanya menyusup. Tetapi juga mempengaruhi, membiayai, memberikan fasilitas, menciptakan rencana, lalu mengarahkan kepada gerakan operasional tertentu sesuai kepentingan pihak penggerak operasi klandestin itu sendiri. Klandestin lebih berbahaya. Karena klandestin menggunakan segala fasilitas yang memungkinkan, melibatkan banyak orang, menggunakan sarana birokrasi, memanfaatkan indoktrinasi media, membuat berbagai opini, menciptakan chaos internal, memakai data personal dalam jumlah yang tidak sedikit, dll.

  Ditengah hidup dalam suatu bangsa besar yang menyerupai rutan tanpa sipir. Bangsa yang berada di bawah kendali kontrol korporat yang meminta taat. Dan semua kesadaran dipaksa harus tunduk, tunduk pada mesin penghasil laba tanpa sarat. Korporat operasi-operasi intelijen seperti pengintaian, ekspedisi, mata-mata, penyamaran, penyadapan, hingga menyimpan data-data kaum munafik...

  Mereka sangat awas dengan sistem-sistem monitor menggurita untuk menguasai dunia dari tatanan lawas hingga arah masa depan. Mengendalikan cerita dunia mimpi bawah sadar, hingga bangun dalam realitas yang mungkin sampai saat ini anda anggap tabu.

  Mereka ada dimana-mana.. Jaringan seluler, entertaint, politik, kanal-kanal berita, dll. Mereka bergerak secara diam-diam di belakang layar semua plot laknat di seluruh dunia. Berkamuflase dalam berperan menjadi wujud apapun, bahkan yang tak akan pernah anda kira. Memiliki hak mengklaim semua aktivitas yang mencurigakan. Lalu mengambil alih kendali kekuasaan dan mematikan pembebasan isu bahaya laten. Membuat suatu rekayasa cerita, yang akhirnya tersebar luas untuk dikonsumsi semua lapisan masyarakat yang tertidur lelap dimabukkan mimpi hasil rekayasa. [DISTOPIA]

Metode Percakapan dalam Klandestin

Untuk dapat memanfaatkan ilmu intelijen tentu pelaku intelijen harus memahami teknik-teknik dalam kegiatan intelijen atau. Dalam kegiatan rahasia (girah)/klandestin, seorang agen intelijen bisa menggunakan berbagai teknik.

Teknik dalam kegiatan klandestin tersebut antara lain pengamatan dan penggambaran, penyamaran, penjejakan (surveillance), percakapan yang biasanya dilakukan dengan teknik elisitasi, dan penyurupan untuk memasuki area sasaran.

Penyamaran (penggunaan cover/kedok) dan percakapan klandestin merupakan beberapa hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh petugas intelijen.

Makalah ini akan fokus pada teknik percakapan dan penggunaan cover (kedok) dalam penyamaran dalam hubungannya dengan dasar-dasar intelijen.

PERCAKAPAN DALAM KEGIATAN KLANDESTIN

Kegiatan rahasia atau sering dikenal dengan klandestin adalah prinsip kegiatan intelijen. Dalam klandestin diperlukan percakapan, tentu saja percakapan dalam kegiatan klandestin bukan seperti percakapan antar sahabat karib atau percakapan antara agen MLM dengan calon konsumen.

Percakapan dalam kegiatan klandestin diperlukan teknik-teknik khusus. Ada tiga jenis percakapan dalam kegiatan klandestin yaitu wawancara, elisitasi, dan interogasi.

Elisitasi

Elisitasi adalah teknik untuk memperoleh informasi melalui percakapan dengan sesorang dimana orang tersebut tidak sadar sedang digali informasi yang dimiliki. Dalam elisitasi elisitor tidak mempunyai kontrol terhadap lawan bicara. Informasi yang diperoleh dalam percakapan elisitasi biasanya sepenggal-sepenggal.

Saat melakukan elisitasi elisitor harus sabar, tidak menekan lawan biacara, elisitor juga harus bisa mengendalikan arah pembicaraan tanpa kelihatan agresif oleh lawan bicara. Elisitasi harus dilakukan dalam suasana terbuka, tanpa adanya ancaman sehingga informasi yang disampaikan bukan rekayasa.

Bagi orang yang akan melakukan kegiatan klandestin, sangat perlu memperlajari teknik elisitasi karena elisitasi adalah senjata utama bagi intelijen untuk memperoleh informasi, tanpa mengeluarkan senjata, tanpa mengintimidasi, tanpa menimbulkan korban. Elisitasi bisa dilakukan jika ada hubungan baik dan kepercayaan antara elisitor dengan lawan bicara.

Seseorang yang akan melakukan elisitasi dalam kegiatan intelijen mempunyai kriteria khusus. Kriteria tersebut adalah :

Cerdas, dan memiliki pengetahuan yang luas, agar dapat mengimbangi pembicaraan dengan sasaran.
Memiliki daya ingat yang kuat, karena dalam elisitasi tidak dimungkinkan untuk melakukan pencatatan, walaupun sudah ada alat bantu perekam suara yang praktis.
Pendengar yang baik, Mudah bergaul dan mampu menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.
Tidak ceroboh, sabar dan mempunyai siasat.
5.Mempunyai ketrampilan berkomunikasi, luwes dan menguasai bahasa sasaran dengan baik.

Teknik-teknik elisitasi yang dapat dilakukan saat menggali informasi dalam kegiatan klandestin adalah sebagai berikut :

Membuka suasana persahabatan, dan membuka perbincangan dengan sesuatu yang umum dan ringan dengan suasana ramah.
Kendalikan dan jaga percakapan agar sasaran tetap tertarik dengan tema perbincangan tanpa merasa digiring ke topik tertentu.
Elisitor harus mampu menjadi pendengar yang baik dan tidak terkesan menggurui.
Tidak terburu waktu, harus sabar, tidak emosional.
Tanggapi perbincangan dengan cerdas, jangan terlihat tidak tau karena akan membuat sasaran berubah sikap.
Amati bahasa tubuh, seperti reaksi menolak, marah, gelisah, tertekan atau tidak suka.
Elisitasi harus diakhiri dengan wajar, kadang informasi yang diterima hanya sepotong-sepotong tetapi informasi tersebut biasanya akurat. Untuk itu elisitasi perlu dilakukan berkali-kali supaya dapat menggabungkan informasi yang sepotong-sepotong tersebut.
Membuat laporan/catatan secepatnya agar tidak tertunda dan lupa.
Dalam kegiatan elisitasi perlu diwaspadi jika sasaran sudah curiga atau justru memberikan informasi yang menyesatkan. Elisitor perlu waspada hal-hal berikut ini terhadap sasaran saat kegiatan alisitasi :

Menolak untuk diajak berbicara, ketus atau mengalihkan untuk berbicara dengan orang lain.
Menghentikan percakapan secara tiba-tiba.
Reaktif dengan kembali bertanya detail tentang elisitor.
Mengalihkan jawaban atau memberikan jawaban yang sesat.
Percakapan dengan metode elisitasi memerlukan teknik untuk mengarahkan pembicaraan dengan sasaran yaitu :

Gunakan informasi awal yang merupakan suatu fakta sebagai pancingan, misal kabar di surat kabar atau peristiwa yang sudah terjadi dan diketahui orang.
Gunakan makanan / minuman ringan untuk menciptakan kepercayaan.
Berikan sanjungan dan pancingan seperti kata “Kelihatannya hanya Bapak yang mengerti tentang hal tersebut.”
Gunakan pendekatan negatif, misal mengatakan “tidak mungkin ada yang tahu tentang hal tersebut, hanya orang tertentu yang tahu”, sehingga memancing kesombongan sasaran untuk berbicara.


Contoh ilustrasi percakapan klandestin pada saat membuka percakapan :

Elisitor : Cuaca panas sekali ya Pak?
Sasaran : Iya mas
Elisitor : Sudah biasa ya Pak cuaca begini?
Sasaran : Ya kalau saya sudah biasa seperti ini.
Elisitor : Oh Bapak pasti sudah lama tinggal di sini, kelihatan Bapak sudah biasa dengan cuaca panas ini
Sasaran : Ya betul Mas, saya sudah 10 tahun lebih tinggal di sini
Elisitor : Berarti Bapak pasti sudah sangat hapal dengan lingkungan di sini?
Sasaran : Bisa dikatakan begitu.

Ilustrasi di atas menggambarkan bagaimana seorang elisitor untuk membuka percakapan dengan menumbuhkan kebanggaan sasaran sebagai orang yang sudah mengetahui/tahan terhadap cuaca sekaligus memastikan bahwa sasaran adalah orang yang benar-benar tahu tentang lingkungan tersebut.

Kemampuan melakukan alisitasi bisa ditingkatkan jika elisitor rajin berlatih. Berlatih elisitasi bisa dilakukan di mana saja, dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara melatih teknik elisitasi misalnya pada saat naik taxi kita bisa belajar untuk mengorek latar belakang pribadi driver taxi tersebut. Lakukan terus menerus dalam kesempatan berbeda dan orang berbeda sehingga kita bisa terlatih untuk memperoleh informasi dengan cara elisitasi

Elisitasi adalah salah satu kunci petugas intelijen untuk memperoleh informasi dari sumber tertutup yang biasanya akurat. Berlatih dan terus berlatih elisitasi merupakan salah satu cara petugas intelijen untuk mengeliminasi kegagalan operasi.

Wawancara

Wawancara adalah teknik mempeoleh informasi yang disadari oleh seseorang bahwa dirinya sedang digali informasinya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi.

Tentu arti wawancara dalam kegiatan klandestin lebih spesifik untuk pengalian informasi secara terbuka (disadari oleh seseorang yang ditanya). Biasanya teknik wawancara dilakukan untuk melakukan investigasi terhadap latar belakang agen atau informan, bukan oposisi atau target.

Interogasi

Interogasi adalah suatu cara sistematik untuk mendapatkan informasi dengan seseorang dan orang yang diwawancarai dibawah kendali interogator. Interogator akan melakukan penekanan kepada orang yang diinterogasi sehingga orang tersebut akan memberikan informasi walaupun dalam keadaan terpaksa.

Orang yang diwawancarai akan dikendalikan penuh oleh interogator. Interogasi biasanya dilakukan kepada saksi, tahanan, atau orang yang sudah dibawah kendali interogator. [Stanislaus Riyanta]

Grup 3/Sandhi Yudha

adalah satuan Kopassus yang memiliki spesifikasi tugas perang rahasia ''Clandestine Operation'', termasuk kemampuan dalam intelijen tempur atau combat intell,dan counter insurgency (kontra pemberontakan). Grup 3 dibentuk pada tanggal 24 Juli 1967, bermarkas di Markas Komando Cijantung, Jakarta Timur.

Operasi lapangan

Dalam operasi militer, sebelum gerakan pasukan besar maka dilakukan operasi intelijen tempur (combat intell), untuk mengetahui kondisi dan situasi lapangan, fungsi inilah yang diemban oleh personel dengan kemampuan Sandhi Yudha. Dalam jajaran Kopassus Grup 3 adalah satuan yang memiliki kualifikasi combat intelligence. Satuan Sandhi Yudha ini juga sering di BKO-kan ke Kodam-kodam atau satuan-satuan lain. Pada masa DOM di Aceh, prajurit dari grup ini banyak yang di BKO-kan di bawah Komando Penguasa Darurat Sipil dan Militer di sana, dimana mereka tergabung dalam SGI (Satuan Gabungan Intelijen). Dalam tugas operasi klandestin (clandestine), prajurit Sandhi Yudha bisa bergerak tanpa identitas satuan yang jelas, atau tugas penyamaran, misalnya dalam hal ini mereka akan dilengkapi dengan identitas sipil seperti KTP dan kadang-kadang punya kartu kuning pencari kerja dari Dinas Tenaga Kerja.

Karena kemampuannya dalam operasi clandestine ini, maka pada masa sebelum era reformasi, satuan Sandhi Yudha ini banyak disalah-gunakan hanya untuk kepentingan kekuasaan semata, sehingga sering menimbulkan ekses negatif. Termasuk kasus kasus terbunuhnya Theys Hiyo Eluay), kasus penculikan aktifis di awal reformasi juga dilakoni oleh prajurit sandhi yudha yang tergabung dalam Tim Mawar. BIN (Badan Intelijen Negara), adalah salah satu institusi yang banyak memanfaatkan personel yang memiliki latar belakang Sandhi Yudha. Dalam operasi BIN, dalam kondisi yang sangat dibutuhkan, maka masih sering memakai personel aktif dari Grup 3/Sandhi Yudha. Tetapi ada beberapa dari mereka yang bernasib sangat ironis yaitu hilang tanpa jejak di medan tugasnya atau bahkan sengaja menghilangkan diri dan dan diisukan bergabung dengan organisasi-organisasi paramiliter di pelosok-pelosok negeri ini. Masalah kurangnya kesejahteraan menjadi alasan utama para disertir ini untuk meninggalkan tugasnya,sementara organisasi-organisasi para-militer yang bermisi separatisme maupun yang berorientasi bisnis menawarkan keuntungan dari segi ekonomi buat mereka. Mereka juga sering menjadi pelaku black market di medan operasi untuk membantu kelompok yang seharusnya menjadi target operasinya. [https://id.wikipedia.org].


>

0 komentar:

Posting Komentar

Daya Cipta Budaya

Jika kebudayaan dirumuskan sebagai segala apa yang dipikirkan dan dilakukan manusia, maka seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah manusiawi, unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan.

Kebudayaan akan terus berkembang ketika manusia mempunyai kebebasan berpikir untuk mencapai kebebasan menyatakan pikiran.

Sering orang mengira bahwa sumber budaya sebuah bangsa merupakan sumber yang tidak akan habis, namun punahnya benda-benda budaya –baik yang hancur atau rusak akibat kurangnya kepedulian maupun yang dilarikan keluar negeri– adalah awal sebuah bencana dimana generasi hari ini dan generasi yang akan datang akan kehilangan sumber-sumber budaya mereka. Selain warisan budaya masa lampau yang hilang, iklim untuk mengembangkan daya cipta dan imajinasi –melingkupi seluruh segi kehidupan manusia dan tidak terbatas hanya pada seni saja– jika tidak terus menerus diperkuat dan diperluas maka sumber-sumber budaya di bidang seni, sains, tehnologi, kemasyarakatan, ekonomi dan politik akan menipis sehingga suatu bangsa akan berada dalam kondisi kehilangan jati diri dan pada akhirnya hanya akan menjadi cerita bahwa bangsa tersebut pernah ada.

'
 

©2009-2016 | Daya Cipta Budaya Media | template by Aubmotion | Disclaimer | Privacy