
Pengrusakan hutan, gunung dan lautan terus berlangsung di negeri ini tanpa terkendali dan yang menjadi pelopor adalah para petinggi negeri yang mati-matian berusaha menghasilkan devisa untuk melancong ke luar negeri. Hutang luar negeri yang tetap menggunung adalah solusi dengan menggadaikan negeri, mengekspor anak-anak negeri sebagai budak (jaman sekarang lebih dihaluskan istilahnya dengan sebutan TKI) di negeri asing, dan menjual asset-asset bangsa dengan istilah go publik benar-benar membuat negeri ini kehilangan segalanya.
Mungkin hanya sedikit orang yang menyadari bahwa generasi negeri ini dimasa depan akan segera punah ketika kesadaran untuk mencintai negeri ini semakin samar. Aroma materialisme (yang oleh beberapa tokoh disamarkan sebagai kesulitan ekonomi) semakin mengental ketika masyarakat cenderung memandang terhormat pada koruptor kaya raya dibanding seorang volunteer yang tidak mempunyai harta benda dan massa selain semangat untuk membuat sedikit perbaikan lingkungan di sekitarnya semampu yang ia dapat lakukan. Fenomena ini juga melahirkan Organisasi massa yang dengan mudah menggalang kerumunan dengan cukup membagikan recehan, nasi bungkus atau seember minuman anggur fermentasi untuk mengintimidasi kelompok yang lemah.
Polisi & tentara selalu siaga mengokang senjata ketika anak-anak negeri mendemo carut marut kepemimpinan, namun dengan cepat bersembunyi di kolong meja ketika intruder dari negeri asing melanggar batas wilayah kekuasaan negeri. Lembaga hukum menjadi komoditi dan dewan/majelis perwakilan rakyat menganggap dirinya tuhan dengan dasar suara rakyat adalah suara tuhan.
Ya, tampaknya negeri ini perlu seorang pemimpin yang masih mempunyai rasa cinta dan membangkitkan cinta atas negerinya karena rakyat negeri inipun telah kehilangan cinta. Siapa berminat? mulailah dari lingkungan terdekat anda untuk membangkitkan kesadaran individu untuk mengembangkan kreatifitas, kecerdasan dan menghargai lingkungan alam.
>

0 komentar:
Posting Komentar