Bahagialah... Nikmati setiap peristiwa dalam hidupmu .....Hidup.... terlalu singkat untuk menyampah kebencian.... Tertawalah ketika kamu bisa.... Maafkanlah sebagaimana yang seharusnya kamu lakukan... Dan... Lepaskanlah apa yang tidak dapat kamu ubah.


Petuah Patah #1

Banyak ungkapan, peribahasa atau petuah menyesatkan yang masih saja diajarkan dari generasi ke generasi. Rasanya anda akan kesulitan atau membutuhkan waktu ekstra untuk menjelaskan jika ingin memutus rantai pembodohan, untuk itu kami merangkum beberapa ungkapan, peribahasa atau petuah tersebut beserta penjelasannya mengapa ia menyesatkan, sehingga anda dapat merujuk pada halaman ini jika masih mendengar seseorang mengajarkan pembodohan yang bergulir dari generasi ke generasi.

Berakit Rakit ke Hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian 

Peribahasa ini sangatlah menyesatkan hingga ada yang memplesetkan dengan ‘bersakit-sakit dahulu matilah kemudian’. Untuk bersenang-senang tentu saja kita tidak perlu bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang justru dapat membuat suatu pekerjaan menjadi lebih baik,

Lu jual, Gue beli 

Ungkapan Orang Betawi (Jakarta) ini benar-benar menunjukan kebodohan yang mengucapkannya. Seorang penjual, tentu saja akan menjual cerita yang dapat membuat korbannya membeli. Untuk membeli sesuatu maka seseorang harus memiliki uang, jika tidak maka ia harus mendapatkannya dengan cara apapun termasuk menjual tanah airnya untuk membeli cerita yang ditawarkan. Inilah sebab orang betawi akhirnya harus punah karena terus membeli dan tidak pernah mampu menjadi penjual. Ungkapan ini sering diucapkan saat terjadi pertikaian dan sebagai pembeli, tentu saja meladeni tantangan telah menyebabkan si pembeli masuk perangkap penjual.

Induk harimau tak akan memakan anaknya sendiri.

Pepatah ini benar-benar patah. Berbeda dengan harimau, manusia sangat lemah nalurinya sehingga sangat mungkin manusia mencelakakan keturunannya dan ini banyak terjadi dimana orang tua mengekplotasi anaknya, bahkan ada yang menikamnya karena emosi tidak bisa menghentikan kerewelan anak kecilnya.

… Sabar….

Banyak petuah yang berkisah tentang sabar, entah sebagai disayang tuhan atau lainnya. Petuah ini tentu saja merupakan penipuan yang dilakukan oportunis untuk mendapatkan kesempatan. Sabar adalah kata lain dari lemah, dan itu artinya jika seseorang bersikap menunggu (mengalah/sabar) maka ia sudah dapat dipastikan sebagai orang yang lemah atau tidak siap untuk bersaing.

Surga nunut, neraka katut (Jawa).

Jika surga atau neraka ada, tak ada seorangpun yang dapat terbawa. setiap orang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain.

Buruk-buruk papan jati (sunda)

bukan hanya jati, besi sekalipun jika sudah busuk atau berkarat maka kebusukan atau karat itu akan terus menggerogoti, mengganti dengan yang baru adalah pilihan yang tepat. Jika diandaikan pada manusia, maka manusia busuk (hatinya) sepandai apapun tetaplah busuk dan akan menjadi sumber malapetaka bagi manusia lainnya.
>

0 komentar:

Posting Komentar

Daya Cipta Budaya

Jika kebudayaan dirumuskan sebagai segala apa yang dipikirkan dan dilakukan manusia, maka seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah manusiawi, unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan.

Kebudayaan akan terus berkembang ketika manusia mempunyai kebebasan berpikir untuk mencapai kebebasan menyatakan pikiran.

Sering orang mengira bahwa sumber budaya sebuah bangsa merupakan sumber yang tidak akan habis, namun punahnya benda-benda budaya –baik yang hancur atau rusak akibat kurangnya kepedulian maupun yang dilarikan keluar negeri– adalah awal sebuah bencana dimana generasi hari ini dan generasi yang akan datang akan kehilangan sumber-sumber budaya mereka. Selain warisan budaya masa lampau yang hilang, iklim untuk mengembangkan daya cipta dan imajinasi –melingkupi seluruh segi kehidupan manusia dan tidak terbatas hanya pada seni saja– jika tidak terus menerus diperkuat dan diperluas maka sumber-sumber budaya di bidang seni, sains, tehnologi, kemasyarakatan, ekonomi dan politik akan menipis sehingga suatu bangsa akan berada dalam kondisi kehilangan jati diri dan pada akhirnya hanya akan menjadi cerita bahwa bangsa tersebut pernah ada.

'
 

©2009-2016 | Daya Cipta Budaya Media | template by Aubmotion | Disclaimer | Privacy