Petuah Patah #1
Berakit Rakit ke Hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian
Peribahasa ini sangatlah menyesatkan hingga ada yang memplesetkan dengan ‘bersakit-sakit dahulu matilah kemudian’. Untuk bersenang-senang tentu saja kita tidak perlu bersakit-sakit dahulu. Bersenang-senang justru dapat membuat suatu pekerjaan menjadi lebih baik,
Lu jual, Gue beli
Ungkapan Orang Betawi (Jakarta) ini benar-benar menunjukan kebodohan yang mengucapkannya. Seorang penjual, tentu saja akan menjual cerita yang dapat membuat korbannya membeli. Untuk membeli sesuatu maka seseorang harus memiliki uang, jika tidak maka ia harus mendapatkannya dengan cara apapun termasuk menjual tanah airnya untuk membeli cerita yang ditawarkan. Inilah sebab orang betawi akhirnya harus punah karena terus membeli dan tidak pernah mampu menjadi penjual. Ungkapan ini sering diucapkan saat terjadi pertikaian dan sebagai pembeli, tentu saja meladeni tantangan telah menyebabkan si pembeli masuk perangkap penjual.
Induk harimau tak akan memakan anaknya sendiri.
Pepatah ini benar-benar patah. Berbeda dengan harimau, manusia sangat lemah nalurinya sehingga sangat mungkin manusia mencelakakan keturunannya dan ini banyak terjadi dimana orang tua mengekplotasi anaknya, bahkan ada yang menikamnya karena emosi tidak bisa menghentikan kerewelan anak kecilnya.
… Sabar….
Banyak petuah yang berkisah tentang sabar, entah sebagai disayang tuhan atau lainnya. Petuah ini tentu saja merupakan penipuan yang dilakukan oportunis untuk mendapatkan kesempatan. Sabar adalah kata lain dari lemah, dan itu artinya jika seseorang bersikap menunggu (mengalah/sabar) maka ia sudah dapat dipastikan sebagai orang yang lemah atau tidak siap untuk bersaing.
Surga nunut, neraka katut (Jawa).
Jika surga atau neraka ada, tak ada seorangpun yang dapat terbawa. setiap orang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan orang lain.
Buruk-buruk papan jati (sunda)
bukan hanya jati, besi sekalipun jika sudah busuk atau berkarat maka kebusukan atau karat itu akan terus menggerogoti, mengganti dengan yang baru adalah pilihan yang tepat. Jika diandaikan pada manusia, maka manusia busuk (hatinya) sepandai apapun tetaplah busuk dan akan menjadi sumber malapetaka bagi manusia lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar