Bahagialah... Nikmati setiap peristiwa dalam hidupmu .....Hidup.... terlalu singkat untuk menyampah kebencian.... Tertawalah ketika kamu bisa.... Maafkanlah sebagaimana yang seharusnya kamu lakukan... Dan... Lepaskanlah apa yang tidak dapat kamu ubah.


OKNUM PEMERINTAH TANAH AIR

Tanah air kita Indonesia! KATA POLITISI....


tanah kita
sawah, ladang, kebun dan perkarangan rumah yang bersertifikat! kata RAKYAT MAPAN!


Masyarakat mapan adalah orang orang yang mampu membeli tanah dan sertifikatnya sekalian,


namun mapan yang kumaksud disini juga mengacu kepada mereka yang hanya sanggup membeli sertikat saja, sementara tanah nya hanya tanah ulayat. mapan jenis ini biasanya selain kaya, juga terpandang, terpandangnya tentu karna dia berpengaruh atas kekuasaan.


Kalau tidak punya sertifikat, tapi punya tanah? Nah..... ini tidak ada jaminan atas tanahnya, kendati diakui adat, namun kita tetap terjerat. Pemerintah paska kolonialis ini akan menggusur rakyatnya dengan tanpa ba, bi, bu.


Menggusur berarti mengusir dengan surat, kata kata, perbuatan, dan termasuk dengan menggunakan alat berat, yang dipakai untuk merobohkan tempat usaha anak bangsa yang notabone kehidupannya melarat.


Walaupun ditilik disisi lain, bahwa negara telah menjamin makanan, kesehatan dan sandang bagi warga negaranya yang tuna ini dan itu.


Namun bagi mereka yang hidup digubuk-gubuk, dan mencari nafkah di atas tanah negara ? akan digusur tanpa perlindungan negara. negara hanya bisa menangis, negara senasib dengan si tergusur, yang menangis tersedu sedan, namun air matanya adalah isi selokan yang penuh sampah dan sumpah serapah.


Kenyataan penggusuran jauh lebih kejam dari pemandangan si bapak yang mengusir anak. karna mengusir berarti mengata-katai dengan kalimat kasar agar siterusir enyah, karna tak tahan harga dirinya di injak injak. --konon inilah penyebab utama mengapa bangsa Indonesia tak mau dijajah.--


Air kita....... adalah air muka, KATA CENDIKIAWAN !


Air kita adalah,


laut, sungai, kali, empang dan selokan ( walau air nya tak layak mandi, mencuci, apa lagi dibuat minum, karna ulah pemerintah paska kolonial? tapi inilah air buat kita, yang dipersembahkan oleh pemerintah kita yang tak punya air muka itu.... air yang jauh dari syair syair Gesang.


(Teuku Zulfahmi, di LenteraTimur.com - Menyigi Identitas Indonesia )
_________________________________________________________________________


DayaCipta Budaya:
sangat cerdas! inilah menyigi Identitas Indonesia kini. 
sebuah renungan yang membasuh kesadaran, menentukan sikap perlunya perubahan mendasar atas Indonesia yang katanya sudah merdeka?! (mohon ijin tuk Copas)


Teuku Zulfahmi
Terima kasih, DCB...... Dan semua Sahabat sahabatku.
Namun ini bukanlah buah kecerdasan. inilah ratap yang mengiringi dukaku yang mendalam, karna hujaman panah panah penguasa telah menukik kerelung sanubari kita.
Kutahu, kalian lebih terluka dari pada aku, atau kita sama sama patah hati dengan Swami Ibu Pertiwi..... 
Beberapa tetes tinta, mengiringi air mataku. Dan lalu membeku menjadi "surat cinta kepada SAHABAT ANAK NEGERI.
Tulisan ini tinta cair.... yang membeku diatas kertas, kemudian cair lagi dalam ide ide. 
SAHABAT.... Aku menghormati bahkan mencintai KALIAN SEMUA. 
Terimaksih sudah membacanya, dan sekali lagi kuucapkan terima kasih karna SAHABAT telah berkenan atas curhatku tentang OKNUM PEMERINTAH TANAH AIR. 
Terima kasih telah sudi meliat-lihat keusilanku. 
Salam Hangat Dari Aceh.



Memandang sesuatu yang (sudah ter)biasa acapkali membuat kita menganggap lumrah hal itu terjadi. Perlu ketajaman indra untuk dapat mengabarkan bahwa Indonesia kita kini sangat membutuhkan pembaharu" yang tidak berkutat pada perdebatan kisah-kisah masa lalu dan perbedaan, 

....mengabarkan bahwa Indonesia kita kini sangat membutuhkan pemikir, pelopor dan penggerak yang mampu menyadarkan setiap orang untuk tidak pasrah dilasah
... mengabarkan bahwa Indonesia kita kini masih bukan milik rakyat Indonesia
...tetapi milik wakil" (yang mengatasnamakan) rakyat. 

Membuka wawasan seluas"nya, berpikiran terbuka dan mengabarkannya dalam tamsil yang lugas, adalah kecerdasan yang patut kita kagumi. (aku membayangkan jika tulisan TZ ini dibacakan di ruang-ruang publik, pastilah dapat menjadi picu membangkitkan kesadaran bahwa bangsa Indonesia (semestinya) tak mau dijajah.


Boni Avibus:
aku juga baca...bagus banget! seperti cerita perjalanan keluar kota kemarin untuk mengenali Indonesia yang sebenarnya...


Teuku Zulfahmi:
Boni Avibus Yang Cemerlang, teruslah "berjalan keluar kota," lalu ceritakan padaku akan Pengelanaanmu yang gemilang.
Perjalananmu adalah perjuangan....! Teruskanlah SAHABATKU, karna kakimu lebih kokoh dariku.
Karna semangat pemuda mampu getarkan nurani insani, getarannya akan mampu runtuhkan gunung gunung kebathilan.


Boni Avibus: 
ya, diluar kota kemarin,
sawah-sawah semakin menyempit, rumah bertumpuk-tumpuk dan berhimpitan seperti gang" di perkotaan, yang membedakan hanya warna lumpur di sepatuku. 

Dibeberapa bukit terlihat ada rumah-rumah bagus tapi aku hanya bisa melihat dikejauhan karena terhalang pagar di kaki bukit.

Saat ayahku mencari batas-batas tanahnya yang tidak terpagar, batas itu telah berpindah di dalam dinding pagar kepala desa yang setahun lalu membeli tanah disamping tanah itu. 

Menginap di salah satu rumah penduduk semakin membuat aku bingung, 
mereka membeli air minum galon seperti orang" kota, 
membeli gas karena kayu bakar sudah susah dicari, 
dan memakai baju" sobek karena yang bagus hanya untuk jalan" ke alun", 
memotong ayam dan menggoreng telur ternak sendiri 
tapi anak"nya berebut seperti tidak pernah memakannya 
karena jika aku tidak bertamu, ayam dan telur itu untuk dijual..
semua kebingunganku tidak terjawab ayah, hingga kami tertidur....dan masih panjang lagi om...

Tanah air kita kaya raya...ini bukan katanya..
sawah ladang yg luas menghampar..milik orang kaya..
hutan gunung menjulang tinggi nan menghijau..milik orang kaya...
bumi tanah dan kandungannya milik orang kaya...
Tanah air kita kaya raya. ini kenyataanya...bukan hanya katanya ..
karena memang semua dikuasai orang kaya...
dan kami hanya orang-orang lorong-lorong kota..yg berpindah dari kota ke desa.,dari desa ke kampung..dari kampung ke gunung..dari gunung ke neraka para penguasa...
jadilah kami perambah...perambah kekayaan tanah air kita...

komentar-komentar di atas sangat bagus,saya hanya bisa mengatakan tulisan ini keren karena membuat saya jadi berpikir kembali tentang sisi lain dari Indonesia (setelah didera dengan berbagai rutinitas kantor dan kegiatan di luar kantor)


Tengku Mansoer Adil Mansoer:
Aneh, penjajah Belanda membuat suatu hukum untuk bumiputera Indonesia yg dilangsungkan dalam parlemen Belandapun hanya bumi putera Indonesia yang boleh memiliki tanah-tanah, orang -orang asing tidak mungkin membeli tanah melainkan menyewa dari bumi putera atau membayar untuk memakainya, membeli tidak mungkin.
Siapa penjajah sekarang?


Pak E Lanang:
Semboyan dulu...Demi tanah air jiwa raga siap kukurbankan...
kalau sekarang... demi harta..tanah air kukurbankan...
lalu kenana rasa cinta tanah airnya..?? 
Miris...memprihatinkan...


Tulisan ini kami Copas karena sangat inspiratif, beberapa komentar yang kami sertakan, kami pilih yang mampu menjadi pelengkap dari ketajaman tulisan. (Cipta Budaya)
>

0 komentar:

Posting Komentar

Daya Cipta Budaya

Jika kebudayaan dirumuskan sebagai segala apa yang dipikirkan dan dilakukan manusia, maka seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah manusiawi, unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan.

Kebudayaan akan terus berkembang ketika manusia mempunyai kebebasan berpikir untuk mencapai kebebasan menyatakan pikiran.

Sering orang mengira bahwa sumber budaya sebuah bangsa merupakan sumber yang tidak akan habis, namun punahnya benda-benda budaya –baik yang hancur atau rusak akibat kurangnya kepedulian maupun yang dilarikan keluar negeri– adalah awal sebuah bencana dimana generasi hari ini dan generasi yang akan datang akan kehilangan sumber-sumber budaya mereka. Selain warisan budaya masa lampau yang hilang, iklim untuk mengembangkan daya cipta dan imajinasi –melingkupi seluruh segi kehidupan manusia dan tidak terbatas hanya pada seni saja– jika tidak terus menerus diperkuat dan diperluas maka sumber-sumber budaya di bidang seni, sains, tehnologi, kemasyarakatan, ekonomi dan politik akan menipis sehingga suatu bangsa akan berada dalam kondisi kehilangan jati diri dan pada akhirnya hanya akan menjadi cerita bahwa bangsa tersebut pernah ada.

'
 

©2009-2016 | Daya Cipta Budaya Media | template by Aubmotion | Disclaimer | Privacy