Bahagialah... Nikmati setiap peristiwa dalam hidupmu .....Hidup.... terlalu singkat untuk menyampah kebencian.... Tertawalah ketika kamu bisa.... Maafkanlah sebagaimana yang seharusnya kamu lakukan... Dan... Lepaskanlah apa yang tidak dapat kamu ubah.


Anomali Pulaunesia


Tulisan ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, cerita atau bahkan ketidak-samaan dari kejadian yang sesungguhnya agar tidak ditiru dirumah.

2011 baru saja dimulai, namun keadaan Pulaunesia menyisakan tragedi yang menyesakkan dada. Harga cabai menjadi sangat pedas dari rasa cabai itu sendiri. Saat konsentrasi tertuju pada cabai yang bukan kebutuhan utama namun cukup penting, harga-harga pangan dan kebutuhan lainnya merangkak perlahan-lahan tanpa disadari dan menguras uang belanja yang semakin menipis meski tengah bulan belum menitis, sebagian orang yang pesimis menggantung diri menghabisi hidup yang perih mengiris.

Media menyiarkan rapat kerja pembangunan yang dibuka presiden dengan peringatan pada peserta agar keluar ruangan jika ingin tidur atau bermain telepon selular dan membahas pemberantasan korupsi, sementara berita tentang jayus, pegawai dinas pajak yang menjadi calo pemutihan pajak perusahaan besar pengemplang pajak dan pernah lolos dari jeratan hukum karena membeli polisi, jaksa, dan hakim untuk merubah dakwaan, tetap menjadi tanda tanya besar karena pada sidang ulangnya kali ini juga tidak menyentuh soal jual beli hukum, pengemplang pajak, dan calo-calo lain seperti dirinya yang beredar di kantor pajak karena dilindungi institusinya masing-masing.

Belum lagi kasus-kasus bekas ketua tim pemberantas korupsi bentukan baru untuk yang dibuat karena aparat hukum sebagai sarang korupsi jelas-jelas tidak mampu memberantas dirinya sendiri – yang kemudian terjerat aparat hukum untuk dijadikan pesakitan dengan dakwaan sebagai otak pembunuhan dengan bukti pistol colt berpeluru FN, atau bekas kepala polisi kriminal yang menghembuskan kasus jayus sebagai kasus ber-spora yang juga diseret dengan kasus korupsi oleh sesama koleganya karena dianggap menghianati institusinya, atau wakil presiden dan mentri keuangan yang diduga menyalahgunakan wewenang ketika menjadi pejabat bank sentral yang kasusnya menguap setelah mentrinya dialih tugaskan ke luar negeri, atau berbagai koruptor besar yang divonis ringan dan segera bebas dengan grasi sehingga bisa menikmati hasil korupsinya yang tidak disita, dan banyak banyak lagi pemberitaan janggal tentang korupsi lainnya yang akhirnya menjadi berita biasa namun menyesakkan dada.

Hebatnya lagi, ini adalah periode kedua presiden susulo memimpin pulonesia dengan perolehan suara langsung dari rakyat yang cukup ajaib. Partai birokrat yang dipimpinnya juga menguasai kursi DPR dan hanya butuh 3 partai pecundang dari puluhan partai peserta pemilu yang sudi mengemis dan terpilih mendapat jabatan eksekutif dengan imbalan dukungan menjadi tukang stempel kebusukan di DPR.

Bencana alam yang susul menyusul sejak susulo menjabat telah menelan ribuan jiwa. Dukacita yang berlarut-larut mungkin membuat banyak orang sibuk membenahi kemelut derita yang membalut. Bahkan dipenghujung 2010, isu sepakbola mampu menghipnotis kaum muda menghabiskan energi yang meluap-luap untuk mendukung tim nasional melawan tetangga sehingga provokator kehilangan kesempatan menggerakan perubahan keadaan yang semakin jontor. Gerakan kritis kaum muda yang dulu sempat menggebu sebelum era kekuasaan susulo, kini lebih sering berakhir dengan baku pukul antar pemuda karena barisan pemuda lainnya yang mengaku pro kebusukan susulo selalu menjadi tandingan. Jika dulu barisan pemuda pendukung kebusukan penguasa selalu berambut cepak, kini rambut mereka tidak cepak lagi sehingga orang-orang desa bingung melihat perkelahian antar pemuda dan tidak bisa membedakan penganiayaan aparat muda terhadap kaum muda kritis.

Berbicara tentang tetangga dan aparat, pulonesia sangat sering wilayahnya dirampas tetangga, bahkan aparatnya yang menangkap maling di wilayah negaranya sendiri juga ditangkap aparat tetangga untuk ditukar dengan maling.

Pulaunesia mengekspor warga negaranya yang bodoh-bodoh menjadi budak sebagai komoditi penghasil devisa, sementara warga negara yang pintar dan tidak sial karena miskin bawaan lebih suka tinggal dan menyebarkan ilmunya di luar negeri karena resiko dianggap berbahaya jika tidak mau diperbudak di negaranya sendiri.

Keadaan ini tentunya juga tidak menguntungkan bagi penulis karena sangat mungkin penulis mati mendadak seperti bung kunir yang kasusnya tidak terungkap sampai sekarang atau ditangkap dengan tuduhan pembunuhan kalau tidak menjadi orang hilang. Jangan-jangan kaum muda kritis juga berpikiran sama seperti penulis sehingga kini tidak ada lagi pergerakan besar untuk mengganti reformasi yang gagal dengan revolusi. Reformasi gagal karena penguasa masih turunan positif dari penguasa negatif sebelumnya baik di legislatif, eksekutif, yudikatif, birokratif, militeriatif, polisiatif, bisnisitif, edukatif dan seterusnya yang berganti formasi kebusukan. Atau jangan-jangan kaum muda kini yang tersisa di pulaunesia hanya yang bodoh-bodoh sehingga mudah dipecah-belah dan pasrah pada nasib saja? (Tuan Tentatif)

Ralat:

kebusukan seharusnya kebijakan
>

0 komentar:

Posting Komentar

Daya Cipta Budaya

Jika kebudayaan dirumuskan sebagai segala apa yang dipikirkan dan dilakukan manusia, maka seni merupakan unsur yang sangat penting yang memberi wajah manusiawi, unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, irama, harmoni, proporsi dan sublimasi pengalaman manusia pada kebudayaan.

Kebudayaan akan terus berkembang ketika manusia mempunyai kebebasan berpikir untuk mencapai kebebasan menyatakan pikiran.

Sering orang mengira bahwa sumber budaya sebuah bangsa merupakan sumber yang tidak akan habis, namun punahnya benda-benda budaya –baik yang hancur atau rusak akibat kurangnya kepedulian maupun yang dilarikan keluar negeri– adalah awal sebuah bencana dimana generasi hari ini dan generasi yang akan datang akan kehilangan sumber-sumber budaya mereka. Selain warisan budaya masa lampau yang hilang, iklim untuk mengembangkan daya cipta dan imajinasi –melingkupi seluruh segi kehidupan manusia dan tidak terbatas hanya pada seni saja– jika tidak terus menerus diperkuat dan diperluas maka sumber-sumber budaya di bidang seni, sains, tehnologi, kemasyarakatan, ekonomi dan politik akan menipis sehingga suatu bangsa akan berada dalam kondisi kehilangan jati diri dan pada akhirnya hanya akan menjadi cerita bahwa bangsa tersebut pernah ada.

'
 

©2009-2016 | Daya Cipta Budaya Media | template by Aubmotion | Disclaimer | Privacy