Pembangkit listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan baku energinya nampaknya seperti sebuah solusi bijak mengatasi sampah dan menghasilkan energi. Namun benarkah?
Apa yang tidak diungkapkan oleh operator insinerator pada publik?
Berikut adalah
Insinerator Tour yang dirilis
GREENPEACE untuk mengenali fakta-faktanya, Klik pada tab atau nomor di bawah gambar untuk mendapatkan penjelasan detailnya, atau tanda panah disudut kanan gambar untuk memulai tour secara berurutan.
1. Sampainya Sampah
Tidak dipilah, campuran sampah dari rumah tangga dikumpulkan, dipadatkan di truk sampah, diubah dari bahan baku yang dapat didaur-ulang menjadi malapetaka bagi lingkungan hidup yang bau, hancur dan tidak berguna. Sampah ini kemudian di dorong ke insenerator dan dituang ke dalam lubang yang besar.
2. Lubang Sampah
Lubang cukup besar untuk menampung sampah dalam beberapa hari sesuai pembakaran sampah. Disini sampah dapur dan organik membusuk dan mengakibatkan bau yang dapat tercium disekitar lingkaran pabrik pembakaran sampah. Aerosol biologis, mikroba dan debu juga dihasilkan oleh pengungkitan. Sebagian sampah mungkin tersisa di lubang selama berminggu-minggu dimana lindi asam dari bahan organik menjadi zat-zat berbahaya yang dihasilkan oleh sampah.
3. Crene Pengeruk
mengangkat sampah yang mana mungkin mengandung PVC, kaleng bekas gas, peralatan elektronik, serta berbagai sampah yang mengandung zat-zat berbahaya, dan menuangkannya ke dalam corong penyalur.
4. Corong Penyalur
Menyalurkan sampah ke dalam perapian dengan kadar yang dikendalikan - kecuali saat corong tersumbat atau alat pelantak hidrolik mengalami kerusakan. Ini menyebabkan buruknya pembakaran yang mengakibatkan karbon monoksida. Lebih tinggi dari biasanya tingkat kanker yang disebabkan dioxin juga sangat mungkin terjadi pada saat-saat seperti ini, meskipun ini tidak akan diperhatikan karena emisi dioxin hanya diukur sporadis.
5. Panggangan Insenerator
Temperaturnya paling sedikit 850 c yang digunakan untuk memugar dan mencegah pembentukan asap dan polusi lainnya. Akan tetapi, temperatur dapat dikompromikan. Temperatur yang tinggi mengarah pada pembentukan nitrogen oksida, temperatur yang rendah mengarah pada karbon monoksida dan dioxin. 850 c seharusnya -dalam teori- mencegah pembentukan dioxin, tetapi itu tidak dapat dipastikan dengan apa yang akan terjadi didalam prakteknya.
6. Ketel
Gas panas dari pembakaran digunakan untuk menghasilkan uap pada pembangkit listrik. Tapi sekali lagi, disana ada transaksi. Gas dingin membentuk dioksin. Cara terbaik untuk menghindari hal tersebut adalah mendinginkan gas dengan sangat cepat melalui pemadaman. Tetapi kemudian pabrik tidak dapat menghasilkan uap. Diperkirakan bahwa kebanyakan dioksin dari insenerator terbentuk ketika gas dingin ada didalam tabung ketel, tapi tidak ada yang tahu kepastiannya.
7. Abu Dasar
30 % dari apa yang dibakar tersisa sebagai abu. Abu dari ketel panggangan, sangat kaya denga n logam berat beracun seperti timbal dan kadmium. Dalam banyak kasus, abu ini dikirim ke tempat penimbunan biasa. Beberapa operator insenerator, terlalu pelit untuk membayar biaya pembuangan, mengusutkan penipuan yang mereka sebut "daur ulang abu". Mereka mengirimnya ke sejumlah perusahaan yang mencampur abu dengan material kontruksi, dan memendamnya di jalan atau bangunan rumah. Ini adalah warisan insenerator untuk generasi mendatang.
8. Pengolahan Gas Buang
9. Alat Penyaring
10. Abu ringan
11. Cerobong Asap
12. Turbin Uap
>
0 komentar:
Posting Komentar